Sindrom semester akhir, setiap mahasiswa bisa saja mengalaminya, dan pasti mengalaminya. Pada dsarnya sindrom semester akhir merupakan suatu kesadaran atau peneguhan terhadap diri sendiri, tengah berada di titik tertinggi sebagai seorang mahasiswa. Dalam posisi tertinggi, berarti sacara status keilmuan si pengidap adalah yang paling senior, dewasa, berpengalaman, dan memiliki pandangan yang lebih luas dibandingkan adik-adiknya yang masih berjuang memanjat dinding perkuliahan menuju puncak semester akhir, yang kemudian hanya bisa dituntaskan melalui setumpuk kertas bertajuk skripsi.
Secara dejure orang yang mengalami syndrom semester akhir berarti mawas diri, waspada, tp bisa juga tertekan dan frustasi. Itu tergantung sudut pandang dan penyikapan. Yang pasti menurutku semua mahasiswa akan mengalami fase ini, bahkan saat ia terlihat santai dan tanpa beban pun itu bagian dari trick dalam menjalani fase dilematis ini. Misal, karena terlanjur putus asa dan frustasi dengan berbagai kendala teknis maupun filosofis dalam penggarapan skripsi, maka si korban menggelontorkan waktunya bukan untuk mengerjakan skripsi tapi untuk mencari kesenangan, seperti nge-game, nongkrong, organisasi, pacaran, apapun itu ia lakukan, yang penting baginya bisa menjauh dari lamunan, karena syndrom ini menyerang dalam kesendirian...
Namun, pengidap melakukan itu bukan karena tdk sadar tentang kewajibannya, justru setelah mengalami proses penyadaran terlebih dahulu, bahkan jauh menyadari dibanding yang masih/sedang sadar...
pesan dokter: siapapun yang sedang 'menyisir' (mengidap syndrom semester akhir) jauhi kesendirian...haha
tulisan ini hanya iseng belaka...
Secara dejure orang yang mengalami syndrom semester akhir berarti mawas diri, waspada, tp bisa juga tertekan dan frustasi. Itu tergantung sudut pandang dan penyikapan. Yang pasti menurutku semua mahasiswa akan mengalami fase ini, bahkan saat ia terlihat santai dan tanpa beban pun itu bagian dari trick dalam menjalani fase dilematis ini. Misal, karena terlanjur putus asa dan frustasi dengan berbagai kendala teknis maupun filosofis dalam penggarapan skripsi, maka si korban menggelontorkan waktunya bukan untuk mengerjakan skripsi tapi untuk mencari kesenangan, seperti nge-game, nongkrong, organisasi, pacaran, apapun itu ia lakukan, yang penting baginya bisa menjauh dari lamunan, karena syndrom ini menyerang dalam kesendirian...
Namun, pengidap melakukan itu bukan karena tdk sadar tentang kewajibannya, justru setelah mengalami proses penyadaran terlebih dahulu, bahkan jauh menyadari dibanding yang masih/sedang sadar...
pesan dokter: siapapun yang sedang 'menyisir' (mengidap syndrom semester akhir) jauhi kesendirian...haha
tulisan ini hanya iseng belaka...
0 komentar:
Posting Komentar