Terlalu lama bermain-main lelah juga ya. Bermain petak umpet misalnya, kalau ketahua tempat persembunyian kita, pasti kita rasa dongkol. Sialnya, apalagi kalau jadi yang pertama tertangkap, pada game berikutnya kita harus ikhlas jaga kandang. Konsekuensinya yang jaga kandang harus terima disebut kucing, ia memiliki tugas mencari teman-temannya yang bersembunyi, panggil saja pihak yang bersembunyi itu dengan sebutan "para tikus," walaupun sebetulnya istilah ini tidak ada dalam kamus per-petakumpet-an, istilah ini muncul lebih karena sisi sakit hati si kucing.
Singkat cerita, setelah mendapat predikat kucing, ia harus bekerjakeras mencari tikus-tikus yang bersembunyi. Tak jarang si kucing menjadi bulan-bulanan dari intrik licik para tikus. Sambil memantau di tempat persembunyiaannya yang gelap, tikus-tikus licik itu acap kali cekikikan dalam hati, mentertawakan kucing yang tampak bodoh dalam pencariannya, namun sebetulnya mereka tertawa dalam ketegangan tingkat tinggi.
Sudah menjadi tugas bagi si kucing yang malang untuk terus mencari. Ketidaktahuannya membuat pekerjaan yang ia lakoni terasa berat. Pastinya sangat-sangat tidak mengenakan, ditertawakan dalam kegelapan oleh sesuatu yang tidak diketahui batang hidungnya. Hemm..mungkin seperti itulah kira-kira contoh konkrit dari yang namanya “makan ati.” Si kucing yang makan ati, haha..sungguh lucu!
“Makan ati,” itu menu menjijikan yang tengah disantap oleh sang kucing, seseorang yg sedang dihukum dalam sebuah permainan petak umpet, nah sekarang bagaimana menu yang menjadi makan malam bagi pihak yg bersembunyi. Karena berperan sebagai pihak yang tidak sedang menjalanin hukuman, tentunya kondisinya akan lebih baik, dong..?? Eiiit..tapi tunggu dulu, tulisan masih panjang jangan dulu berkesimpulan, kawan..
Terus-terusan bersembunyi tanpa terdeteksi bisa jadi membuat kita boring bermain, tak jarang akhirnmya kita sebagai tikus meragukan profesionalitas dan kapabilitas si kucing pencari. “Ni kucing buta apa bego, masa gw ngumpet sebegini deket kaga ketahuan,” begitu kira-kira redaksional dari umpatan sang tikus yang sedang bermain tapi serasa tidak tertantang.
Tapi jangan salah, walaupun membosankan, menu yang kita santap saat bersembunyi paling tidak lebih menyehatkan dari pada “makan ati.” Secara reflek tubuh dan saraf ini menuntut kita total melakukan yg terbaik, memberdayakan kecepatan berpikir dan otot-otot seoptimal mungkin, demi bertahan selama mungkin. Ibaratnya, saat dikejar anjing, otak memaksa kita mengeluarkan energi yang lebih besar daripada si anjing,kan? Kalau tidak begitu, ya siap-siap aja tertinggal tato gigi anjing di betis atau paha kalian. Begitupun, saat tikus bersembunyi, walaupun cekikikan, sebetulnya ia sadar tengah mempertaruhkan nyawanya dari ancaman sang kucing yang sedang keroncongan. Maka tak heran, saat bersembunyi, tanpa komando pun kita dipaksa total, bergerilya dari satu tempat ke tempat yang lain.
Saya pernah mengalami hal itu, dan itu membuat adrenalin naik turun, huuuuh.. menghabiskan tenaga. Kenapa sebab? Tak ada jeda dalam posisi seperti itu, kawan! Saat kucing lengah, dalam hitungan detik, kita harus tanggap untuk bergerak, karena kalau diam dan hanya mengandalkan satu tempat saja, sang kucing pasti akan mengendus aroma bau badan tikus, dan dengan sigap meremove kita dari permainan. Mau tak mau tikus harus berlari, menerabas semak, masuk ke celah-celah dimana kucing tak sedikit pun berpikir si tikus yang licik itu nyaman disana.
Jika suatu waktu tempat persembunyian kita sudah terendus, tugas kita sebagai tikus hanya dua, yaitu tetap tenang dan biarkan semuanya gelap. Jangan ada suara kecuali detak jantungmu. Percayalah saat semakin dekat, kucing itu tidak akan bisa membedakan suara detak jantung itu adalah milikmu atau miliknya. Sebagai makhluk kecil tikus harus tenang dan licik agar bisa hidup. Namun tenang itu tak mudah, tenang butuh energi, saat di posisi itu kita akan tahu, energi yang dibutuhkan untuk sebuah ketenangan itu lebih besar daripada energi yang kita butuhkan untuk sebuah kemarahan.
Hal yang lumrah, ketika kita bersembunyi, jantung pasti berdegup kencang, degup karena lelah berlari dan degup karena takut melihat sang kucing lapar lalu lalang di depan batang hidung kita yang pesek, berelaborasi menjadi satu rasa bernama ketegangan tingkat tinggi. si kucing walaupun di intai tapi tetap bisa santai, jalan kaki memeriksa dari suatu tempat ke tempat lainnya.Sedangkan tikus, yg bersembunyi, harus selalu berlari dan cepat, itu sudah harga mati! “Haha..ternyata dikejar itu lebih melelahkan daripada mengejar.” Berarti benar, dalam realitasnya suka ada perempuan yg justru lebih stres dari pada cowok yang mengejar-ngejar dan ditolaknya berkali2, haha. Artinya, tidak ada alasan putus asa saat mengejar sesuatu, bukan? Asalkan konsisten mengejar, yang dikejar itu akan mengalami dua kemungkinan, sters atau jatuh kepelukan, cepat atau lambat.
Dalam persembunyian petak umpet, segigih apapun kita bersembunyi cepat atau lambat permainan akan berganti set. Sesuatu yg kita kejar akan lebih dulu menepi pada tanggul kelelahan, itu lumrah, untuk bisa lolos si korban mengkonsumsi energi lebih banyak dari pada sesuatu yg mengejarnya. Terbersit, mungkin itu sebabnya, kenapa buronan kakap Dr. Azhari dan Nurdin M. Top akhirnya tewas juga. “Haha..semuanya hanya masalah waktu, benar kata dosenku waktu adalah alat uji yang tak akan pernah bohong,”
Finnaly, Sudah lama aku bersembunyi, berpindah-pindah pula, tetapi si kucing itu gak juga menemukanku, apa aku harus menyerahkan diri? Sory, sebagai atlit petak umpet aku harus professional, dong…
*sebuah tulisan fiksi (bukan pengalaman pribadi!) yg terinspirasi oleh permainan masa kecil kita dulu yang saat ini kalah bersaing dengan playstation. mungkin saat ini petak umpet sudah bukan lagi permainan, tp sebuah cerita...
terimakasih kalau sudi mengomentari:)
Singkat cerita, setelah mendapat predikat kucing, ia harus bekerjakeras mencari tikus-tikus yang bersembunyi. Tak jarang si kucing menjadi bulan-bulanan dari intrik licik para tikus. Sambil memantau di tempat persembunyiaannya yang gelap, tikus-tikus licik itu acap kali cekikikan dalam hati, mentertawakan kucing yang tampak bodoh dalam pencariannya, namun sebetulnya mereka tertawa dalam ketegangan tingkat tinggi.
Sudah menjadi tugas bagi si kucing yang malang untuk terus mencari. Ketidaktahuannya membuat pekerjaan yang ia lakoni terasa berat. Pastinya sangat-sangat tidak mengenakan, ditertawakan dalam kegelapan oleh sesuatu yang tidak diketahui batang hidungnya. Hemm..mungkin seperti itulah kira-kira contoh konkrit dari yang namanya “makan ati.” Si kucing yang makan ati, haha..sungguh lucu!
“Makan ati,” itu menu menjijikan yang tengah disantap oleh sang kucing, seseorang yg sedang dihukum dalam sebuah permainan petak umpet, nah sekarang bagaimana menu yang menjadi makan malam bagi pihak yg bersembunyi. Karena berperan sebagai pihak yang tidak sedang menjalanin hukuman, tentunya kondisinya akan lebih baik, dong..?? Eiiit..tapi tunggu dulu, tulisan masih panjang jangan dulu berkesimpulan, kawan..
Terus-terusan bersembunyi tanpa terdeteksi bisa jadi membuat kita boring bermain, tak jarang akhirnmya kita sebagai tikus meragukan profesionalitas dan kapabilitas si kucing pencari. “Ni kucing buta apa bego, masa gw ngumpet sebegini deket kaga ketahuan,” begitu kira-kira redaksional dari umpatan sang tikus yang sedang bermain tapi serasa tidak tertantang.
Tapi jangan salah, walaupun membosankan, menu yang kita santap saat bersembunyi paling tidak lebih menyehatkan dari pada “makan ati.” Secara reflek tubuh dan saraf ini menuntut kita total melakukan yg terbaik, memberdayakan kecepatan berpikir dan otot-otot seoptimal mungkin, demi bertahan selama mungkin. Ibaratnya, saat dikejar anjing, otak memaksa kita mengeluarkan energi yang lebih besar daripada si anjing,kan? Kalau tidak begitu, ya siap-siap aja tertinggal tato gigi anjing di betis atau paha kalian. Begitupun, saat tikus bersembunyi, walaupun cekikikan, sebetulnya ia sadar tengah mempertaruhkan nyawanya dari ancaman sang kucing yang sedang keroncongan. Maka tak heran, saat bersembunyi, tanpa komando pun kita dipaksa total, bergerilya dari satu tempat ke tempat yang lain.
Saya pernah mengalami hal itu, dan itu membuat adrenalin naik turun, huuuuh.. menghabiskan tenaga. Kenapa sebab? Tak ada jeda dalam posisi seperti itu, kawan! Saat kucing lengah, dalam hitungan detik, kita harus tanggap untuk bergerak, karena kalau diam dan hanya mengandalkan satu tempat saja, sang kucing pasti akan mengendus aroma bau badan tikus, dan dengan sigap meremove kita dari permainan. Mau tak mau tikus harus berlari, menerabas semak, masuk ke celah-celah dimana kucing tak sedikit pun berpikir si tikus yang licik itu nyaman disana.
Jika suatu waktu tempat persembunyian kita sudah terendus, tugas kita sebagai tikus hanya dua, yaitu tetap tenang dan biarkan semuanya gelap. Jangan ada suara kecuali detak jantungmu. Percayalah saat semakin dekat, kucing itu tidak akan bisa membedakan suara detak jantung itu adalah milikmu atau miliknya. Sebagai makhluk kecil tikus harus tenang dan licik agar bisa hidup. Namun tenang itu tak mudah, tenang butuh energi, saat di posisi itu kita akan tahu, energi yang dibutuhkan untuk sebuah ketenangan itu lebih besar daripada energi yang kita butuhkan untuk sebuah kemarahan.
Hal yang lumrah, ketika kita bersembunyi, jantung pasti berdegup kencang, degup karena lelah berlari dan degup karena takut melihat sang kucing lapar lalu lalang di depan batang hidung kita yang pesek, berelaborasi menjadi satu rasa bernama ketegangan tingkat tinggi. si kucing walaupun di intai tapi tetap bisa santai, jalan kaki memeriksa dari suatu tempat ke tempat lainnya.Sedangkan tikus, yg bersembunyi, harus selalu berlari dan cepat, itu sudah harga mati! “Haha..ternyata dikejar itu lebih melelahkan daripada mengejar.” Berarti benar, dalam realitasnya suka ada perempuan yg justru lebih stres dari pada cowok yang mengejar-ngejar dan ditolaknya berkali2, haha. Artinya, tidak ada alasan putus asa saat mengejar sesuatu, bukan? Asalkan konsisten mengejar, yang dikejar itu akan mengalami dua kemungkinan, sters atau jatuh kepelukan, cepat atau lambat.
Dalam persembunyian petak umpet, segigih apapun kita bersembunyi cepat atau lambat permainan akan berganti set. Sesuatu yg kita kejar akan lebih dulu menepi pada tanggul kelelahan, itu lumrah, untuk bisa lolos si korban mengkonsumsi energi lebih banyak dari pada sesuatu yg mengejarnya. Terbersit, mungkin itu sebabnya, kenapa buronan kakap Dr. Azhari dan Nurdin M. Top akhirnya tewas juga. “Haha..semuanya hanya masalah waktu, benar kata dosenku waktu adalah alat uji yang tak akan pernah bohong,”
Finnaly, Sudah lama aku bersembunyi, berpindah-pindah pula, tetapi si kucing itu gak juga menemukanku, apa aku harus menyerahkan diri? Sory, sebagai atlit petak umpet aku harus professional, dong…
*sebuah tulisan fiksi (bukan pengalaman pribadi!) yg terinspirasi oleh permainan masa kecil kita dulu yang saat ini kalah bersaing dengan playstation. mungkin saat ini petak umpet sudah bukan lagi permainan, tp sebuah cerita...
terimakasih kalau sudi mengomentari:)
0 komentar:
Posting Komentar